Monday, February 19, 2007

Sego Rese - Malang

Kedai (Kontan No. 39, Tahun X, 3 Juli 2006)

Nasi Sampah nan Gurih
Mencicipi gurihnya sego rese khas Malang

Meskipun hanya menawarkan satu menu, yakni nasi goreng, ternyata sego rese tak lapuk dimakan zaman. Gaya sekali masak untuk 75 porsi tetap membikin bumbu meresap ke seluruh nasi.

Agung Ardyatmo (Malang)

Menyebut Malang, ingatan orang pasti akan langsung teringat dengan bakwan dan baksonya. Namun jangan salah, selain penganan tersebut, masih banyak penganan khas yang bisa kita nikmati di sana. Sebut saja aneka macam keripik apel, nangka, dan aneka buah lain yang hanya bisa didapatkan di sini. Selain itu jangan lupakan pula restoran legendaris Toko Oen yang terletak di Jalan Basuki Rahmat.
Nah, selagi bertandang ke Malang, pastikan Anda juga menyambangi sego rese di Perempatan Kasin. Tak jauh dari perempatan tersebut tampaklah sebuah warung pinggir jalan yang berbalut terpal berwarna biru.
Jarum sudah menunjukkan angka 9, ketika malam itu KONTAN menyambangi Sego Rese. Tampak sepasang muda-mudi sedang menikmati makanan di sana. Seorang bapak tua dengan lahapnya menikmati sajian nasi goreng yang berada di hadapannya diselingi es jeruk di sebelah kanannya. Beberapa anak muda tampak antre menunggu pesanannya untuk dibawa pulang.
Biarpun cuma kedai gaya kaki lima, warung ini sudah berdiri sejak tahun 1959, lo! Uniknya, meskipun sudah gaek, menu yang ditawarkan di tempat ini hanya satu jenis saja: nasi goreng. Menurut Ani Sumiyati, salah seorang pemilik Sego Rese, dulunya tempat ini tidak hanya menjual nasi goreng, ada juga mi rebus dan mi goreng. "Namun, karena yang sering diminta nasi goreng, akhirnya menu yang lain ditinggalkan," kenang Ani.
Sego Rese adalah bisnis keluarga Ani. Awalnya dulu pengelolanya adalah orang tua Ani, sampai tahun 2000. Berikutnya, barulah Ani memegang kontrol atas warung ini. Sehari-hari Ani dibantu empat orang saudaranya untuk mengurus sego rese yang jam bukanya mulai jam 17.30 sampai 21.30 malam.

Tumpah ruah dalam satu piring
Lah, kalau begitu dari mana nama sego rese itu? Eit, jangan kecewa dulu. Apa yang disebut sego rese itu, ya, nasi goreng itu. Menurut Tukiman, pemilik lain Sego Rese, nama sego rese itu didapatkan dari pelanggan, karena tempat jualan mereka yang berdekatan dengan tempat pembuangan sampah. Rese sendiri dalam bahasa Jawa Timur artinya sampah. Tapi, itu dulu. Sekarang, jika Anda berkunjung ke Sego Rese, bau sampah tak akan tercium lagi.
Selain sego rese, nama lain nasi goreng racikan Ani adalah sego mawut. Sebutan ini mungkin lantaran cara Ani mengolah nasi gorengnya. Mau tahu? Bagi Anda yang gemar menyantap nasi goreng kambing di Kebon Sirih, sedikit banyak cara masak sego rese ini pastilah sudah kebayang. Ani membuat nasi gorengnya tak hanya untuk satu porsi atau dua porsi, tapi sekali masak Ani membuat untuk jatah 75 porsi.
Pembuatan nasi goreng racikan Ani sebetulnya biasa saja. Pertama Ani menaruh minyak dulu, kemudian berbagai macam sayuran dimasukkan ke penggorengan. Sayuran yang digunakan untuk sego rese ini hanyalah toge dan kol. Setelah bahan-bahan tersebut diaduk jadi satu, barulah kemudian memasukkan mi basah yang dipadukan dengan berbagai macam bumbu seperti bawang merah, bawang putih, dan merica. Setelah itu nasi dicemplungkan ke penggorengan, ditambah garam, vetsin, dan kecap.
Dalam sehari, Ani memasak tak lebih dari 7 kali, sehingga total jenderal menghasilkan 525 porsi. Untuk sekali masak, membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja.
Oh, ya, seperti porsi nasi goreng pada umumnya, tentunya Ani juga menambahkan berbagai macam variasi. sego rese hanya mengenal dua menu nasi goreng: biasa dan spesial. Jika Anda memesan nasi goreng biasa, tentunya Anda hanya mendapatkan tambahan sedikit telur, dan suwiran ayam. Namun, jika Anda memesan nasi spesial, akan ada tambahan telur dan ati ampela di dalam piring.
Harga satu porsi sego rese biasa Rp 3.500, dan untuk yang spesial seharga Rp 5.500. Sebagai pelengkap, Ani juga menyediakan minuman es jeruk dan es teh. Kedua minuman tersebut dapat Anda pesan seharga Rp 1.000 dan Rp 750. Murah bukan?
Banyak orang mengatakan, jika memasak sekali banyak, belum tentu semua bumbu yang dipadukan akan tersebar rata ke seluruh masakan. Tampaknya Ani menyadari hal ini. Belajar dari pengalaman ibunya, maka Ani hanya menggunakan pembakaran dengan arang. "Dulu pernah pakai minyak tanah dan gas, namun rasanya beda dari yang asli," tutur Ani. Dengan pembakaran menggunakan arang, Ani yakin bumbu yang diraciknya akan lebih meresap dan menyebar ke nasi goreng.
Setiap hari Ani mengaku menggunakan arang sebanyak 40 kg seharga Rp 1.700 per kg. Selain itu, tak kurang dari 40 kg beras digunakan untuk memenuhi permintaan sego rese. Lainnya, ada mi basah yang beratnya 15 kg, ada 20 kg kol, serta 3 kg cabe. Itu masih belum semua, lo. Biar cuma pelengkap, Ani harus mengolah 20 ekor ayam dan 8 kg telur.
Memang, jika melihat racikan nasi goreng Ani, kesan yang ditangkap justru hanya nasi goreng biasa yang cenderung hambar tanpa rasa bumbu yang menyerap. Jangan salah, hal ini mungkin karena warna sego rese yang tidak cokelat seperti umumnya nasi goreng. Warna sego rese sendiri cenderung pucat, tapi di situlah keistimewaannya. Cobalah menyuapnya barang sesendok dulu dan rasakan bumbunya. Hmmm...

***
Emoh Memberi Nama
Umumnya warung-warung pinggir jalan selalu memberikan nama untuk tempat mereka, namun justru kebalikannya dengan Ani. Di warung berkapasitas 13-15 orang tersebut justru tidak terlihat sedikit pun nama ataupun daftar menu yang disajikan. Malah terpal dan tenda warna biru polos yang lebih dominan. "Dari dulu ibu tidak pernah memberikan nama warung ini," kenang Ani, pemilik Sego Rese, yang baru ditinggal pergi almarhum ibunya awal tahun 2006.
Ani sendiri melihat, meskipun tanpa nama, warung mereka tetap lekat di hati pelanggan. Hal ini sudah dibuktikan dengan umur sego rese yang sudah 47 tahun. Jadi, jika orang lebih suka menyebutkan sego rese atau Sego Mawut, Ani mempersilakannya. "Selera orang berbeda, nama-nama itu kan justru dari pelanggan," tutur Ani kalem.

Lokasi:
Warung Sego Rese Jl. Hasyim AshariPerempatan Kasin arah Mergan, Malang

No comments: