Monday, February 19, 2007

Bakmi Raos

Usaha (KONTAN No. 18, Tahun XI, 5 Februari 2007)

Pusing Keliling, Mangkal Sajalah
Menjajal tawaran kerjasama Bakmi Raos

Perusahaan bakmi kelas gerobak bakmi raos gencar menawarkan kerjasama jualan bakmi. Keuntungannya ternyata tak kalah dari restoran. Modalnya relatif kecil dan si mitra bebas mengelola usahanya, termasuk menentukan harga sendiri. Makanya marginnya bisa sampai 100%.

Agung Ardyatmo

Seperti wujudnya yang panjang bagai tali, bisnis mi atawa bakmi ini terus berkibar. Pengusaha makanan yang sudah menjadi makanan favorit selain nasi ini semakin banyak saja, baik yang menyasar pelanggan dari golongan tajir sampai yang ekonominya lemah. Tengok saja, begitu banyak pedagang keliling sampai restoran kelas atas seperti Bakmi GM, Mangkok Putih, dan Crystal Jade menyajikan mi sebagai menu andalan mereka.
Salah satu perusahaan penjaja hidangan mi yang saat ini gencar meluaskan sayap bisnisnya adalah PT Raos Aneka Pangan, yang mengusung nama dagang Bakmi Raos. Dia ini perusahaan bakmi kelas gerobak keliling. "Kami sedang menawarkan konsep kemitraan," ujar Bimada, pendiri sekaligus pengelola Bakmi Raos.
Bimada awalnya seorang pedagang bakmi kelas restoran. Namun, bisnis restorannya itu gagal. Setelah memperdalam ilmu di sebuah kursus memasak, Bimada pun kemudian beralih ke segmen rumahan. Pasalnya, berdasarkan data yang dia kumpulkan, "Ternyata omzet pedagang keliling tak kalah dari pengusaha restoran," ujarnya.
Dengan modal Rp 10 juta, pria asal Surabaya ini pun memulai bisnis bakmi kelilingnya. Awalnya hanya ada tiga gerobak. Untuk menjajakan bakmi kelilingnya itu, dia mempekerjakan tiga orang tetangganya di Bintaro.
Agar pedagang kelilingnya semangat menjajakan dagangan, Bima menyediakan kontrakan untuk tempat tinggal mereka. Selain itu, dia juga memberikan komisi per mangkok plus insentif untuk pencapaian target penjualan tertentu. "Ini untuk perangsang saja. Makin rajin seseorang, makin besar pendapatannya," tutur Bima.
Ternyata resep bisnis Bimada kali ini lumayan jitu. Gerobak kelilingnya pun terus bertambah. Yakin pasar bakminya masih luas, mulai 2005 dia menawarkan pola kemitraan gerai Bakmi Raos. Saat ini jaringan bakmi raos sudah mencapai 168 gerai.

Tidak disarankan untuk keliling

Bimada menawarkan tiga skema kerjasama. Pertama, skema gerobak keliling. Modalnya sekitar Rp 7 juta. Kedua, skema gerobak plus dengan investasi peralatan sebesar Rp 8 juta. Ketiga, skema semi-outlet, seperti di foodcourt. Nilai investasinya sebesar Rp 30 juta.
Selain perbedaan bentuk gerai atau tempat penjualan, perbedaan lain dari ketiga skema ini adalah variasi menunya. Pada gerobak keliling, menunya hanya mi. Pada skema gerobak plus dan semi-outlet menunya lebih bervariasi. Tak hanya berbagai varian masakan mi, tapi juga dimsum, nasi goreng, sampai chinese food dan seafood.
Dari tiga skema ini, Bimada tidak menyarankan calon mitra memilih skema pertama yang menjajakan bakmi dengan gerobak keliling. "Bukannya melarang, lo. Cuma, untuk skema ini si mitra harus benar-benar memiliki pedagang keliling yang bagus dan jumlah gerobak minimal 10," ujarnya. Masalahnya, berdasar pengalaman Bimada, tidaklah gampang mencari pedagang keliling yang ulet ngider-ngider menjajakan dagangan sekaligus jujur.
Oh, ya, modal yang disebut tadi hanyalah untuk persiapan gerobak atau gerai berikut peralatannya. Selain itu, bakal mitra bakmi raos juga kudu menyiapkan duit ekstra untuk sewa tempat dan renovasi gerai.
Lantaran memang bukan waralaba, dalam kerjasama bakmi raos ini Bimada tidak menarik franchise fee dan royalty fee. Namun, dalam kerjasama ini Bimada tetap akan memberikan pelatihan bagi calon mitra dan dua pegawainya.
Sebagai imbalannya, dia mengharuskan si mitra membeli beberapa jenis bahan baku darinya. Sebut saja mi, pangsit, minyak ayam, dan bakso. Untuk bahan-bahan lain seperti ayam, sambal, bumbu kuah, kecap, dan lainnya, calon mitra bisa memilih: membeli dari pihak lain atau dari Bimada.
Menurut Iwan Erlan, seorang mitra Bakmi Raos, mitra lebih untung membeli bahan dari Bimada, termasuk bahan yang sebenarnya bisa dibeli di luar. "Kalau beli di luar jatuh-jatuhnya justru lebih mahal, karena kita harus mengolahnya dahulu," tutur pemilik gerai bakmi raos di Sarinah ini.
Selain modal dan pasokan bahan baku, calon mitra juga harus memperhatikan soal lokasi. "Syaratnya, lokasi harus ramai dan dekat dengan pasar yang hendak disasar," ujar Bimada. Menurut Bima, biasanya makanan jenis mi ini digandrungi anak-anak muda dan pekerja kantoran, namun tidak disukai ibu-ibu. "Katanya mi bikin gendut. Jadi, ibu-ibu jarang yang mau makan mi," imbuhnya.

Untung bahan bisa 100%

Dalam kerjasama ini Bimada memberi kebebasan kepada mitranya untuk menyesuaikan gerai dan perlengkapan sesuai target pasar si mitra. Contohnya Iwan yang mengganti peralatan mangkok standar Bakmi Raos. "Sederhana saja, Sarinah kan tempatnya agak elite. Jadinya pelanggan harus dimanjakan juga, dong, masa sama dengan mi keliling?" ujar Iwan.
Yang paling enak, si mitra juga bebas menetapkan harga jual sendiri. Menurut B. Ariestanto dari Pemasaran dan Pengembangan PT Raos Aneka Pangan, harga jual bahan baku ke mitra mereka terbilang murah. Contohnya, harga bahan baku bakmi ayam sekitar Rp 3.050 seporsi, sedangkan untuk bakmi bakso harganya Rp 3.850 seporsi. "Terserah si mitra menetapkan harga jual berapa. Tentu mereka harus mempertimbangkan biaya sewa. Kalau mahal, ya, harga jual akan lebih tinggi," ujarnya.
Iwan, misalnya, mematok harga semangkok bakmi ayam Rp 8.000. "Masih lebih murah dari bakmi GM yang Rp 14.000," tandasnya. Dalam sehari Iwan mengaku bisa menjual 70 porsi bakmi, bahkan pernah mencapai 96 porsi.
Contoh lain, Dinie Soewarso, pemilik gerai bakmi raos di Tebet, memasang harga Rp 6.500 untuk seporsi bakmi ayam. "Soalnya, persaingan bisnis makanan di Tebet ketat sekali," tandasnya. Selain menjadi mitra Raos, Dinie juga menjalankan bisnis katering dan restoran. "Bakmi Raosnya justru di depan restoran saya," tutur Dinie. Dalam sehari Dinie mengaku bisa menjual 50-60 porsi bakmi ayam.
Dengan harga jual seperti itu, para mitra bakmi raos bisa menikmati margin yang lumayan legit, bisa sampai 100%. Maka, tak aneh, gerai-gerai bakmi raos bisa kembali modal dalam waktu kurang dari setahun.

Sego Rese - Malang

Kedai (Kontan No. 39, Tahun X, 3 Juli 2006)

Nasi Sampah nan Gurih
Mencicipi gurihnya sego rese khas Malang

Meskipun hanya menawarkan satu menu, yakni nasi goreng, ternyata sego rese tak lapuk dimakan zaman. Gaya sekali masak untuk 75 porsi tetap membikin bumbu meresap ke seluruh nasi.

Agung Ardyatmo (Malang)

Menyebut Malang, ingatan orang pasti akan langsung teringat dengan bakwan dan baksonya. Namun jangan salah, selain penganan tersebut, masih banyak penganan khas yang bisa kita nikmati di sana. Sebut saja aneka macam keripik apel, nangka, dan aneka buah lain yang hanya bisa didapatkan di sini. Selain itu jangan lupakan pula restoran legendaris Toko Oen yang terletak di Jalan Basuki Rahmat.
Nah, selagi bertandang ke Malang, pastikan Anda juga menyambangi sego rese di Perempatan Kasin. Tak jauh dari perempatan tersebut tampaklah sebuah warung pinggir jalan yang berbalut terpal berwarna biru.
Jarum sudah menunjukkan angka 9, ketika malam itu KONTAN menyambangi Sego Rese. Tampak sepasang muda-mudi sedang menikmati makanan di sana. Seorang bapak tua dengan lahapnya menikmati sajian nasi goreng yang berada di hadapannya diselingi es jeruk di sebelah kanannya. Beberapa anak muda tampak antre menunggu pesanannya untuk dibawa pulang.
Biarpun cuma kedai gaya kaki lima, warung ini sudah berdiri sejak tahun 1959, lo! Uniknya, meskipun sudah gaek, menu yang ditawarkan di tempat ini hanya satu jenis saja: nasi goreng. Menurut Ani Sumiyati, salah seorang pemilik Sego Rese, dulunya tempat ini tidak hanya menjual nasi goreng, ada juga mi rebus dan mi goreng. "Namun, karena yang sering diminta nasi goreng, akhirnya menu yang lain ditinggalkan," kenang Ani.
Sego Rese adalah bisnis keluarga Ani. Awalnya dulu pengelolanya adalah orang tua Ani, sampai tahun 2000. Berikutnya, barulah Ani memegang kontrol atas warung ini. Sehari-hari Ani dibantu empat orang saudaranya untuk mengurus sego rese yang jam bukanya mulai jam 17.30 sampai 21.30 malam.

Tumpah ruah dalam satu piring
Lah, kalau begitu dari mana nama sego rese itu? Eit, jangan kecewa dulu. Apa yang disebut sego rese itu, ya, nasi goreng itu. Menurut Tukiman, pemilik lain Sego Rese, nama sego rese itu didapatkan dari pelanggan, karena tempat jualan mereka yang berdekatan dengan tempat pembuangan sampah. Rese sendiri dalam bahasa Jawa Timur artinya sampah. Tapi, itu dulu. Sekarang, jika Anda berkunjung ke Sego Rese, bau sampah tak akan tercium lagi.
Selain sego rese, nama lain nasi goreng racikan Ani adalah sego mawut. Sebutan ini mungkin lantaran cara Ani mengolah nasi gorengnya. Mau tahu? Bagi Anda yang gemar menyantap nasi goreng kambing di Kebon Sirih, sedikit banyak cara masak sego rese ini pastilah sudah kebayang. Ani membuat nasi gorengnya tak hanya untuk satu porsi atau dua porsi, tapi sekali masak Ani membuat untuk jatah 75 porsi.
Pembuatan nasi goreng racikan Ani sebetulnya biasa saja. Pertama Ani menaruh minyak dulu, kemudian berbagai macam sayuran dimasukkan ke penggorengan. Sayuran yang digunakan untuk sego rese ini hanyalah toge dan kol. Setelah bahan-bahan tersebut diaduk jadi satu, barulah kemudian memasukkan mi basah yang dipadukan dengan berbagai macam bumbu seperti bawang merah, bawang putih, dan merica. Setelah itu nasi dicemplungkan ke penggorengan, ditambah garam, vetsin, dan kecap.
Dalam sehari, Ani memasak tak lebih dari 7 kali, sehingga total jenderal menghasilkan 525 porsi. Untuk sekali masak, membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja.
Oh, ya, seperti porsi nasi goreng pada umumnya, tentunya Ani juga menambahkan berbagai macam variasi. sego rese hanya mengenal dua menu nasi goreng: biasa dan spesial. Jika Anda memesan nasi goreng biasa, tentunya Anda hanya mendapatkan tambahan sedikit telur, dan suwiran ayam. Namun, jika Anda memesan nasi spesial, akan ada tambahan telur dan ati ampela di dalam piring.
Harga satu porsi sego rese biasa Rp 3.500, dan untuk yang spesial seharga Rp 5.500. Sebagai pelengkap, Ani juga menyediakan minuman es jeruk dan es teh. Kedua minuman tersebut dapat Anda pesan seharga Rp 1.000 dan Rp 750. Murah bukan?
Banyak orang mengatakan, jika memasak sekali banyak, belum tentu semua bumbu yang dipadukan akan tersebar rata ke seluruh masakan. Tampaknya Ani menyadari hal ini. Belajar dari pengalaman ibunya, maka Ani hanya menggunakan pembakaran dengan arang. "Dulu pernah pakai minyak tanah dan gas, namun rasanya beda dari yang asli," tutur Ani. Dengan pembakaran menggunakan arang, Ani yakin bumbu yang diraciknya akan lebih meresap dan menyebar ke nasi goreng.
Setiap hari Ani mengaku menggunakan arang sebanyak 40 kg seharga Rp 1.700 per kg. Selain itu, tak kurang dari 40 kg beras digunakan untuk memenuhi permintaan sego rese. Lainnya, ada mi basah yang beratnya 15 kg, ada 20 kg kol, serta 3 kg cabe. Itu masih belum semua, lo. Biar cuma pelengkap, Ani harus mengolah 20 ekor ayam dan 8 kg telur.
Memang, jika melihat racikan nasi goreng Ani, kesan yang ditangkap justru hanya nasi goreng biasa yang cenderung hambar tanpa rasa bumbu yang menyerap. Jangan salah, hal ini mungkin karena warna sego rese yang tidak cokelat seperti umumnya nasi goreng. Warna sego rese sendiri cenderung pucat, tapi di situlah keistimewaannya. Cobalah menyuapnya barang sesendok dulu dan rasakan bumbunya. Hmmm...

***
Emoh Memberi Nama
Umumnya warung-warung pinggir jalan selalu memberikan nama untuk tempat mereka, namun justru kebalikannya dengan Ani. Di warung berkapasitas 13-15 orang tersebut justru tidak terlihat sedikit pun nama ataupun daftar menu yang disajikan. Malah terpal dan tenda warna biru polos yang lebih dominan. "Dari dulu ibu tidak pernah memberikan nama warung ini," kenang Ani, pemilik Sego Rese, yang baru ditinggal pergi almarhum ibunya awal tahun 2006.
Ani sendiri melihat, meskipun tanpa nama, warung mereka tetap lekat di hati pelanggan. Hal ini sudah dibuktikan dengan umur sego rese yang sudah 47 tahun. Jadi, jika orang lebih suka menyebutkan sego rese atau Sego Mawut, Ani mempersilakannya. "Selera orang berbeda, nama-nama itu kan justru dari pelanggan," tutur Ani kalem.

Lokasi:
Warung Sego Rese Jl. Hasyim AshariPerempatan Kasin arah Mergan, Malang